9. Salib adalah
tempat di mana orang tidak dapat menerima pembiusan
Sebelum seseorang
dipaku di atas salib yang demikian menakutkan dan kejam, ia perlu terlebih
dahulu melalui proses pembiusan. Sejarah mencatat dan memberitahukan kepada
kita bahwa orang yang dipaku di kayu salib tidak akan mati pada hari itu.
Melainkan ia harus melewati pergumulan kesakitan selama dua-tiga hari. Ia harus
menangis sengsara. Pelan-pelan ia dibiarkan di atas sana sampai mati. Oleh
sebab itu, di dalam situasi demikian, orang yang disalib perlu diberi arak. Ia
perlu diberi cuka supaya ia tidak beasa sakit. Tetapi di saat Tuhan Yesus
dipaku di atas kayu salib, tidak ada orang yang melakukan hal demikian.
Sehingga pada saat Dia berkata, “Aku haus!” hanya ada satu orang berbaik hati
mengasihi Tuhan. Orang itu mengambil busa yang dicelupkan ke dalam cuka dan
menyodorkannya ke mulut Tuhan Yesus. Tetapi Alkitab memberitahukan bahwa Tuhan
tidak mau meminumnya. Tuhan hanya mencicipinya sebentar. Mencicipi adalah untuk
menjalankan sopan santun di antara manusia. Yesus Kristus tidak minum karena
Dia tidak dapat menerima pembiusan. Dia mau tetap berada di dalam keadaan yang
masih memiliki kesadaran. Dia mau untuk masih bisa merasakannya dengan tuntas
dan jelas. Dia mau untuk mengalami penderitaan demi menanggung dosa umat
manusia.
Banyak orang
mengira bahwa karena Yesus adalah Tuhan, Dia dapat pura-pura merasa kesakitan
padahal sesungguhnya tidak. Mereka mengira bahwa Tuhan Yesus hanya pura-pura
mati saja. Tetapi mereka sungguh-sungguh salah. Yesus Kristus datang ke dunia
menjadi manusia. Dia perlu menanggung dosa kita di dalam kedagingan. Dengan
jelas dan tuntas Kristus menerima semua kemarahan Allah atas dosa di dlaam
kedagingan.
Salib adalah suatu
tempat yang tidak menerima penghiburan. Tidak menerima perlindungan. Tidak
menerima pembiusan. Tidak menerima hasutan. Setelah Yesus Kristus mengalami
semuanya, ketika orang banyak melihat dengan seksama, tiba-tiba Dia mengangkat
kepala-Nya menghadap ke langit dan mengatakan sebuah kalimat, “Ya Bapa, ampunilah
mereka. Sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Mereka
berdosa tetapi tidak tahu bahwa diri mereka terjebak di tengah dosa. Mereka
masih menikmati kesenangan di dalam dosa. Sambil mereka melawan Allah, sambil
mereka menikmati kesenangan diri dan mengagumi diri sendiri. Sokrates berkata,
“Seseorang berbuat dosa karena dia tidak mengetahuinya. Orang memiliki
pengetahuan pasti ia memiliki moral.” Apakah bedanya dengan perkataan Yesus?
Seseorang yang berbuat dosa karena tidak tahu apakah boleh mendapat
pengampunan? Jika benar demikian maka orang yang tidak tahu itu lebih beruntung
dari orang yang tahu. Selain itu ketika Sokrates mengucapkan kalimat itu, dia
sedang duduk di kamarnya dengan nyaman. Di saat Yesus Kristus mengucapkan kalimat
tersebut, tubuh-Nya sendiri sedang digantung di atas kayu salib menanggung dosa
umat manusia. Kristus datang untuk memberitahu kita bahwa manusia harus
bertobat supaya dosanya dapat diampuni. Tidak ada dosa yang tidak dapat
diampuni. Tetapi dosa yang tidak melalui pertobatan tidak dapat diselesaikan.
Kita harus bertobat dengan datang ke hadapan Allah Bapa. Kita sendiri tidak
dapat menyelesaikan dosa kita. Yesus Kristus akan berdoa untuk kita dan
memancarkan kasih dari Allah.
Khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong
No comments:
Post a Comment